Wednesday, May 13, 2020

Akhirnya Papua. dan Hebatnya lagi Freeport

Tim Forkopindo bersama tim PT. Freeport Indonesia di depan alat berat CAT DT 797B dan merupakan alat berat terbesar yang dimiliki oleh PTFI


Papua buat saya adalah salah satu tujuan yang sudah lama ada di kepala, kalau tidak salah, sejak saya berumur 11 tahun. Berawal dari lagu Rita Effendy yang judulnya Januari di kota Dili (kebetulan ane lahir di bulan januari, FYI aja), yang di dalamnya menampilkan wajah-wajah penduduk khas daerah timur, dengan rambut keriting, kulit gelap dan senyum manis disertai tarian yang unik, serta keindahan alam juga lirik dari doi yang luar biasa membuat saya kagum dan ingin juga suatu saat ada disana.

Lah, kan Timor Leste beda dengan Papua bambank??? untuk anak umur 11 tahun seperti saya, Papua dan Dili itu sama saja. wqwqwwq 

Berada di Papua menjadi wacana yang semakin hari semakin susah untuk diwujudkan, hingga pada tahun 2019, Forkopindo membuat kegiatan site visit ke PT. Freeport Indonesia (PTFI) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di indonesia dan saya terpilih menjadi salah satu perserta kegiatan tersebut. Bahagia luar biasa, kenapa?? karena selain salah satu mimpi terwujud, saya juga tidak harus mengeluarkan uang, karena semuanya ditanggung alias gratissss.

Di hari selasa pagi tanggal 26 februari, akhirnya saya resmi menginjakan kaki di tanah Papua, tepatnya di Bandara Internasional Mozes Kilangin, setelah turun dari pesawat Airfast.

Bandara Mozes Kilangin adalah bandara yang didirikan oleh PT. Freeport Indonesia dan diambil dari nama penduduk Papua yang menemani ekspedisi pertama kali (Mozes Kilangin) hingga ditemukannya kandungan emas di tanah papua. 


Hari pertama di Papua, saya dan teman2 yang terpilih langsung menjalankan kegiatan yang sudah disiapkan sebelumnya oleh pengurus Forkopindo dan tim PTFI. Check-in Rimba Papua Hotel (RPH), datang ke Portsite dan berkunjung ke MP21 (Reclamation and Biodiversity center)


Rimba Papua Hotel adalah Hotel yang dimiliki oleh PT. Freeport Indonesia. Hotel ini sebelumnya adalah Hotel Sheraton namun, setelah PT. Freeport Indonesia membeli seluruh kepemilikan hotel ini, mereka merubah namanya menjadi Rimba Papua Hotel.

Setelah check-in dan menyimpan barang-barang bawaan, kami lanjut menuju Portsite. Di lokasi ini bijih yang ditambang di area penambangan PTFI, dirubah menjadi konsentrat. Ada 3 mineral utama dalam konsentrat ini yaitu tembaga emas dan perak, dengan kadar yang bervariasi. Sebagai informasi, konsentrat adalah hasil akhir dari kegiatan penambangan di PTFI, jadi kalau kalian pikir hasil akhirnya adalah emas batangan yang kilo-kilo itu, kalian salah ferguso. Konsentrat ini nantinya akan dijual ke pembeli baik itu dalam dan luar negri 

Portsite ini adalah tempat terakhir perjalanan bijih yang di tambang dan dimiliki oleh PTFI



 Selesai di Portsite, kami bergegas menuju Pusat reklamasi atau oleh PTFI disebut MP 21. Di lokasi ini, bisa dilihat flora dan fauna yang ada mulai dari area lowland sampai highland. burung, tikus, ular dan hewan2 lain bisa dilihat di sini. Tenang saja, semua hewan2 yang ada di sini adalah hewan2 yang sudah diawetkan. MP 21 sebagai pusat reklamasi dan kenaeka ragaman hayati bertugas, memastikan flora serta fauna yang masuk dalam area PTFI tidak terganggu.

Hewan-hewan yang terdapat di IUPK PT. Freeport Indonesia

Hari ke-dua di Papua, tujuan kami adalah menuju Tembagapura (area highland), check-in Guest house, naik ke Grasberg, lalu turun untuk melihat tambang bawah tanah.


Kondisi di highland (Tembagapura) sangat berbeda dengan kondisi di lowland, dingin seperti suhu depan kulkas kalau dibuka. tpi kita semua sudah tidak kaget, karena perlengkapan untuk bertempur dengan dingin sudah siap. jaket, pakaian tebal, semuanya ready.


Tembaga pura adalah kota yang terletak di ketinggian sekitar 2000 mdpl dan terdapat 2 lokasi tambang terbuka earstberg dan grasberg yang keduanya telah mine out )selesai ditambang) oleh PT. Freeport Indonesia


Ada 2 akses untuk pergi ke tembagapura (area highland), yang pertama pake bus (kurang lebih 4 jam perjalanan lah) atau pake helikopter (kurang lebih 20 menit). Karena hari ini kegiatannya lumayan padat, ya sudah di putuskan untuk ke highland pake helikopter. Terbang pake Helikopter lagi-lagi adalah pengalaman pertama sehingga perlu untuk diabadikan. ahiwwww


Pertama kali naik helikopter, segala diabadikan, maklum aja bos,dikampung ginian mahal

Setelah sarapan, kegiatannya adalah pergi ke tambang terbuka grasberg di ketinggin 4200 mdpl. ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin pergi kesana, yang paling utama adalah dinyatakan sehat oleh petugas medis. tanpa pernyataan tersebut,, ya ga bisa keatas. bukan tanpa alasan, karena tambang terbuka grasberg ada diketinggian 4200 mdpl, dan lokasi kami saat ini ada di 3000an mdpl. naik setinggi lebih dari 1000 mdpl dalam waktu yang cepat bisa membuat pingsan, paling parah pembuluh darah bisa pecah. sehingga perlu dipastikan kondisi sehat dan fit. Setelah di check, ane dinyatakan sangat fit untuk keatas. Alhamdulillah. tpi dua peserta field trip tidak seberuntung saya, mereka tidak boleh naik ke grasberg.
Grasberg adalah salah satu lokasi tambang terbuka yang dimiliki oleh PT. Freeport Indonesia yang telah selesai ditambang di tahun 2019 
Perjalanan menuju Grasberg memakan waktu kurang lebih 1-2 jam melewati area kantor, mess karyawan serta kantor-kantor divisi. secara bergantian bus, tramp lalu kembali menggunakan bus adalah cara bagaimana untuk tiba di Grasberg

truk anti peluru dan tramp adalah 2 kendaraan yang harus digunakan untuk sampai di tambang terbuka grasberg di ketinggian 4400 mdpl.

Tiba di Grasberg, udara tembaga pura yang sudah cukup dingin, seperti tidak ada apa2nya. Grasberg jauh lebih dingin cui. tpi meskipun dingin, pemandangannya luar biasa. bekas galian tambang terbuka grasberg begitu megah memperlihatkan aura dan pesonanya. Dengan kedalaman hampir mencapai 1,5 km. dari sinilah tembaga, emas dan perak yang menjadi komoditi utama PT. Freeport Indonesia berasal. Tambang terbuka Grasberg ini sendiri sudah mulai ditambang sejak 1988 dan selesai di tahun 2019. bukan karena cadangannya habis, tetapi penambangan dengan metode tambang terbuka sudah tidak ekonomis karena sudah sangat dalam.


Selfie di depan tambang terbuka Grasberg yang telah mine out
Dari Grasberg, kami menuju ke lokasi Underground, tepatnya Grasberg Block Cave (GBC). GBC ini letaknya ada dibawah Tambang terbuka Grasberg. untuk menuju tempat ini kami harus turun lagi ke kantor divisi Underground untuk melengkapi APD bawah tanah. karena APD yang digunakan di lokasi Tambang Terbuka Grasberg dan GBC berbeda. karena kondisi lingkungannya pun berbeda.


senter dan alat bantu pernafasan adalah hal wajib jika ingin berada di dalam lokasi Underground


Mendengar kata bawah tanah, pasti yang kebayang adalah sesuatu yang sempit, sumpek dan gelap. eitsss, jangan salah. bawah tanahnya freeport ini bukan kaleng-kaleng. luas, terang, segar dan bersih. malah kaya masuk gedung perkantoran. kenapa bisa?? jangan kaget, karena perencanaan ventilasi dan terowongan yang ada di PT. Freeport Indonesia ini tidak sembarangan. intinya, gabungan ilmu serta teknologi, ya disini ini.

kondisi lokasi tambang bawah tanah PT. Freeport Indonesia

Berada di ruang yang terletah di dalam tanah, membuat saya kaget. karena kondisinya luar biasa. Saya pernah berada di tambang bawah tanah sebelumnya, namun kondisinya sangat berbeda dengan lokasi yang dimiliki oleh PT. Freeport Indonesia ini. bagi mereka-mereka yang tertarik dengan bidang khusus geoteknik pasti terkesima jika berada disini.  ajaib lahh.


Nanti Lanjut Lagi...